Bakteri Campylobacter jejuni
Campylobacter jejuni merupakan
pantogen manusia yang terutama menyebabkan enteritis dan kadang-kadang invasi
sistemik, terutama pada bayi. Bakteri ini merupakan penyebab diare yang
disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea) yang sama seringnya
seperti Salmonella dan Shigella.
Taksonomi dari Campylobacter
jejuni
-
Kingdom = Bacteria
-
Phylum = Proteobacteria
-
Class =
Epsilonproteobacteria
-
Order = Campylobacterales
-
Family = Campylobacteraceae
-
Genus = Campylobacter
-
Species = Campylobacter jejuni
A. Morfologi
dan Identifikasi
Campylobacter
jejuni adalah kuman batang Gram- negative, berbentuk koma,
Spiral, gastroenteritis atau. Kuman ini dapat bergerak dengan sebuah flagel
kutub, dan tidak membentuk spora. Pada pemeriksaan mikroskopik tinja menunjukan
adanya sejumlah kuman yang meluncur kesana-kemari disertai darah dan netrofil.
Tumbuh pada perbenihan selektif di dalam sungkup lilin. Campylobacter jejuni
dieramkan pada suhu 42Oc kuman akan tumbuh baik sementara kuman
tinja pencernaan lainnya tunbuh kurang baik pada suhu ini. Bakteri
Campylobacter jejuni juga menyebabkan infeksi aliran darah (bakteremia),
terutama pada penderita kencing manis atau kanker, atau bakteri Campylobacter
jejuni, berasal dari kata “campy” yang artinya melengkung, bakteri gram
negatif, mikroaerofil, batang termofilik yang tumbuh paling baik pada suhu 42 °
C (107 ° F) dan konsentrasi oksigen yang rendah. Ciri ini adaptasi untuk
pertumbuhan di habitat normal - usus burung berdarah panas dan mamalia (CDC,
2007).
- Campylobacter jejuni pada saat berkoloni dan berada pada Usus.
B. Pembiakan
dalam proses penelitian
Sifat biakan merupakan hal terpenting dalam isolasi dan
identifikasi Campylobacter jejuni. Diperlukan perbenihan selektif ,dan
pengeraman harus dilakukan dalam atmosfer dengan O2 yang lebih
rendah ( 5% O2) dan lebih banyak CO2 (10% CO2). Suatu
cara mudah untuk mendapatkan lingkungan pengeraman ini adalah dengan
menempatakan lempeng pada tabung pengeraman anaerob tanpa katalis, dan memberi
gas dengan pembangkit gas atau penukaran gas. Pengeraman lempeng pertama harus
dilakukan pada suhu 42-43oC. Meskipun Campylobacter jejuni
tumbuh baik pada suhu 36-37oC, pengeraman pada suhu 42oC
akan menghambat pertumbuhan banyak bakteri lainnya yang ada difeses, sehingga
akan memudahkan identifikasi Campylobacter jejuni. Beberapa perbenihan
selektif yang banyak digunakan adalah, perbenihan Skirrow, yang memakai
gabungan vankomisin, polimiksin B, dan trimetoprin; perbenihan Campy BAP juga
menyertakan sefalotin. Kedua perbenihan tersebut digunakan untuk isolasi
Campylobacter jejuni pada suhu 42oC, jika dieramkan pada suhu
36-37oC, perbenihan Skirrow dapat membantu isolasi kampilobakter
lainnya,tetapi perbenihan Campy BAP tidak , karena banyak kampilobakter peka
terhadap sefalotin. Koloni yang terbentuk cenderung tidak berwarna atau
abu-abu. Koloni ini berair,meluas atau bulat dan konveks; kedua tipe koloni
dapat muncul pada sebuah pelat agar.
Dari 16 spesies dari genus Campylobacter teridentifikasi
sampai saat ini, setidaknya delapan telah diidentifikasi berpotensi patogen
terhadap pencernaan manusia diantarany C. jejuni, C. coli, C.
lari, C. janin, C. upsaliensis, C. sputorum, C. concisus,
dan C. curvus. (Speciation of Campylobacter coli, C. jejuni, C.
helveticus, C. lari,C. sputorum, and C. upsaliensis (Robert e,
Mandrell. 2005).
C. Sifat-sifat
Pertumbuhan
Karena diperlukan perbenihan selektif dan kondisi
pengeraman tertentu untuk pertumbuhan, suatu uji yang singkat diperlukan
untuk identifikasi. Campylobacter jejuni bersifat patogen
terhadap manusia bersifat oksidase dan katalase positif. Campylobacter
jejuni tidak mengoksidasi atau meragikan karbohidrat. Sediaan apus
yang diwarnai dengan Gram menunjukan morfologi yang khas. Reduksi
nitrat, pembentukan hydrogen sulfida, tes hipurat, dan kepekaan terhadap
antimikroba dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies lebih lanjut.
D. Patogenesis
dan Patologi
Infeksi pada Campylobacter jejuni melalui mulut
dari makanan (misalnya susu yang tidak dipasteurisasi), minuman (air
terkontaminasi), kontak dengan hewan yang terinfeksi (unggas, anjing,
kucing, domba dan babi), atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi
seperti daging ayam yang belum dimasak dengan baik. Kadang-kadang infeksi dapat
menyebar melalui kontak langsung person to person atau hewan yang terinfeksi
atau ekskretanya serta aktivitas seksual anal-genital-oral sebagai
transmisi. Campylobacter jejuni peka terhadap asam lambung, perlu
memakan 104 organisme untuk dapat menyebabkan infeksi. Jumlah ini sesuai
dengan jumlah yang diperlukan pada infeksi Salmonella dan Shigella,
tetapi lebih sedikit daripada yang diperlukan untuk infeks Vibrio. Campylobacter
jejuni berkembang biak di usus kecil, menginvasi epitel, menyebabkan radang
yang mengakibatkan munculnya sel darah merah dan darah putih pada tinja. Kadang
– kadang C.jejuni masuk ke dalam aliran darah sehingga timbul
gambaran klinik demam enterik. Invasi jaringan yang terlokalisasi serta
aktivitas toksin menyebabkan timbulnya enteritis (prevalensinya lebih
tinggi). C.jejuni dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus
halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin
dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip
dengan proses ulcerative colitis.
Rute penularan Campylobacter melalui fecal-oral,
kontak seksual orang-ke-orang, susu mentah tidak dipasteurisasi dan konsumsi
daging unggas, dan ditularkan melalui air (misalnya, melalui pasokan air yang
tercemar). Paparan hewan peliharaan sakit, terutama anak anjing, juga dikaitkan
dengan wabah Campylobacter. Dosis infeksius 1000-10,000 bakteri. infeksi
Campylobacter telah terjadi setelah menelan 500 organisme oleh
sukarelawan, namun dosis kurang dari 10.000 organisme bukanlah penyebab umum
penyakit. Campylobacter spesies sensitif terhadap asam klorida dalam
lambung, dan pengobatan antasida dapat mengurangi jumlah inokulum yang
diperlukan untuk menyebabkan penyakit, (Admin, 2010).
Campylobacter memiliki dua gen flagellin bersamaan
untuk motilitas, yaitu flaA dan flaB. Gen ini mengalami rekombinasi antargen,
memberikan kontribusi bagi virulensinya, (Admin,2010).
Campylobacter jejuni dieramkan pada suhu 42oC
kuman akan tumbuh baik sementara kuman tinja pencernaan lainnya tunbuh kurang
baik pada suhu ini. Bakteri Campylobacter jejuni juga menyebabkan
infeksi aliran darah (bakteremia), terutama pada penderita kencing manis
atau kanker. Campylobacter jejuni dapat berkembang
biak di usus kecil, menginvasi epitel, menyebabkan radang yang mengakibatkan
munculnya sel darah merah dan darah putih pada tinja. Dengan mengkonsumsi
makanan yang telah diproses dekontaminasi yang terkontrol dengan higienis serta
dengan menjaga kebersihan diri, kebersihan lingkungan merupakan pencegahan
untuk penularan diare infeksi bakteri. Campylobacter
jejuni dapat diobati dengan diberikan
terapi antibiotik, yakni eritromisin secara oral serta didukung dengan
diberikan penggantian cairan dan elektrolit, dan dapat juga diberikan.
Ciproflxacin yang mampu mencegah infeksi dari bakteri Campylobacter jejuni
dan membunuhnya.
Efek jangka panjang dari keracunan pangan karena bakteri Campylobacter
adalah penyakit autoimun, guillian bare yg menyebabkan kelumpuhan dan mengancam
jiwa jika tidak segera mendapatkan perawatan. Penyakit guillian barre adalah
penyakit langka, didunia hanya 0.5 kasus per-100 ribu populasi. Tandanya
seperti flu, tapi sebagian tubuh langsung para lysis alias lumpuh. Biasanya,
beberapa hari sebelumnya penderita mengalami diare, mual, muntah dan kram
perut. Bakteri pemicu guillian barre adalah Campylobacter jejuni. Tubuh
membentuk antibody untuk menyerang protein outer membran bakteri ini ketika
bakteri menginfeksi tubuh. Tetapi, antibody ini juga merusak lapisan pelindung
dari beberapa syaraf, yang memicu kelumpuhan (Hartono, 2009).
Habitat normal C. jejuni adalah saluran pencernaan
sehingga bisa ditemukan didalam feces hewan dan burung. Manusia juga ada yang
membawa bakteri ini didalam fecesnya. Air, sayur dan bahan pangan hewani mudah
terkontaminasi dengan bakteri ini. Kasus Luar Biasa untuk C. jejuni dilaporkan
pada könsumsi susu yang diminum mentah dan ayam yang dimasak tidak sempurna
(Anonimous, 2003).
E. Gejala klinis
Masa inkubasi untuk Campylobacteriosis (waktu
antara eksposur ke bakteri dan timbulnya gejala pertama) biasanya dua sampai
lima hari, tetapi onset dapat terjadi dalam sedikitnya dua hari atau selama 10
hari setelah menelan bakteri. Penyakit ini biasanya berlangsung tidak lebih
dari satu minggu, tetapi kasus yang parah dapat bertahan selama tiga minggu
(Robert e. Mandrell. 2005).
Campylobacteriosis ditandai
dengan diare yang hebat disertai demam, kurang nafsu makan, muntah, dan
leukositosis. Sekitar 70% kasus campylobacteriosis pada manusia
disebabkan oleh cemaran C. jejuni pada karkas ayam. Cemaran C. jejuni
di Indonesia cukup tinggi. Menurut Poloengan et al. (2005), 20−100% daging ayam
yang dipasarkan di Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan Tangerang tercemar bakteri C.
Jejuni.
Mayoritas kasus yang ringan tidak memerlukan rawat inap,
namun infeksi Campylobacter jejuni dapat menjadi berat dan mengancam
jiwa bila menyebabkan radang usus buntu atau radang pada organ tubuh lainnya.
Diperkirakan bahwa sekitar satu dari 1.000 kasus Campylobacter menimbulkan
kematian. Kematian umumnya terjadi jika disertai munculnya penyakit lain
seperti kanker, penyakit hati, dan AIDS (Admin.2010).
Untuk sejumlah kecil orang, infeksi Campylobacter
dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang, penyakit langka yang
disebut Guillain-Barre Syndrome (GBS). Guillain-Barre Syndrome (GBS) merupakan
penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh menyerang bagian dari sistem saraf
tepi yaitu mielin (demielinasi) dan akson (degenerasi aksonal). Akson adalah
tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan
sel. Mielin adalah selubung yang mengelilingi akson, merupakan suatu kompleks
protein-lemak berwarna putih. GBS ditandai dengan polineuropati yang
menyeluruh: paralisis ekstremitas, badan atas dan wajah, menghilangnya
refleks tendon, berkurangnya fungsi sensoris (nyeri dan suhu) dari badan
ke otak; disfungsi otonom dan depresi pernafasan. Gejalanya biasanya perlahan,
mulai dari bawah ke atas (Admin. 2010).
Produksi Cytotoxin telah dilaporkan pada pasien penderita
strain Campylobacter dengan gejala diare berdarah. Dalam sejumlah kecil
kasus, infeksi dikaitkan dengan sindrom hemolitik-uremik dan purpura
thrombocytopenic trombotik melalui mekanisme kurang dipahami. cedera sel
endotel, dimediasi oleh endotoksin atau kompleks imun, diikuti oleh koagulasi
intravascular dan microangiopathy trombotik dalam glomerulus dan mukosa
gastrointestinal (Mahmud H Javid, MD. 2010).
Campylobacter jejuni menghasilkan
toxin yang disebut Cytolethal Distending Tokxin (CDT). Cytolethal Distending
Tokxin merupakan racun yang dihasilkan oleh varietas bakteri patogen. Mekanisme
citotosisitas CDT adalah unik, karena masuknya di dalam sel eukariyotik. CDT
(cytolethal distending toksin) yang dapat menghalangi pembelahan sel dan
menghambat aktifasi sistem imun tubuh. Ini membantu bakteri untuk dapat
menghindar dari sistem kekebalan tubuh dan bertahan dalam jangka waktu terbatas
di dalam sel. Organisme ini menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan enteritis
eksudatif (Admin. 2010).
►Gejala klinik
juga dapat berupa:
· keluhan
abdominal seperti mulas, nyeri seperti kolik, mual / kurang napsu makan,
muntah, demam, nyeri saat buang air besar (tenesmus), kejang perut akut, lesu,
sakit kepala, demam antara 37,8-40°C, malaise, pembesaran hati dan limpa, serta
gejala dan tanda dehidrasi
· kadang infeksi
bisa menyerang katup jantung (endokarditis) dan selaput otak dan medulla
spinalis (meningitis)
· penyakit
enterik akut disertai invasi kepada usus halus dan menyababkan nekrosis
berdarah
· diare
hebat/ ekplosif disertai dengan adanya banyak darah, lendir, lekosit PMN
(polimorfonuklear) dan kuman pada tinja bila diperiksa secara mikroskopis
· dapat
dikacaukan dengan radang usus buntu dan kolitus ulseratif
· Jika tidak
diobati , 20% penderita mengalami infeksi berkepanjangan dan sering kambu
F. PENCEGAHAN
Menurut Bill Marler (2010), langkah yang paling penting
dan dapat diandalkan untuk mencegah infeksi Campylobacter adalah: memasak semua
produk unggas dengan benar.
1. Pastikan bahwa bagian paling tebal dari burung (pusat
dada) mencapai 840C atau lebih tinggi. Disarankan bahwa suhu
mencapai 690C setidaknya untuk bahan pengisi dan 740C untuk
produk daging ayam giling, sedangkan untuk paha dan sayap dimasak hingga
lemaknya keluar
2. Pertimbangkan untuk menggunakan makanan iradiasi dalam
dosis yang disetujui telah ditunjukkan untuk menghancurkan sedikitnya 99,9%
dari patogen bawaan makanan yang umum termasuk Campylobacter, yang
berhubungan dengan daging, unggas, dan kontaminasi sekunder produk segar.
3. Pastikan bahwa makanan lain seperti buah dan sayur
tidak pernah kontak dengan pisau untuk memotong daging atau unggas atau
peralatan yang digunakan selama pemotongan.
4. Jangan meninggalkan makanan di luar ruangan dengan
kondisi terbuka selama lebih dari 2 jam.
5. Hindari produk susu mentah dan air tanah tanpa
perlakuan (klorinasi atau dimasak)
6. Cuci buah dan sayuran dengan benar terutama jika
dimakan mentah. Jika memungkinkan sayurn dan buah dikupas terlebih dahulu.
7. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air, terutama
pada ujung jari dan lipatan kuku dan dikeringkan dengan kertas sekali pakai setelah
kontak dengan hewan peliharaan, terutama anak-anak anjing, atau hewan ternak.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip
higiene dan sanitasi yang baik selama pengolahan makanan. Tidak mengkonsumsi
makanan mentah, memasak makanan dengan sempurna dan mencegah kontaminasi
setelah pemanasan penting untuk mengendalikan campylobacter pada makanan
hewani. Pada sayuran, kontaminasi dapat dikendalikan dengan tidak menggunakan
feses hewan sebagai pupuk dan tidak menggunakan air tercemar untuk mencuci sayur
(terutama yang akan dimakan mentah) (Anonimous, 2011).
Bahan pangan segar daripada makanan atau bahan pangan
yang telah diawetkan atau dengan mengkonsumsi makanan yang telah diproses
dekontaminasi yang terkontrol dengan baik seperti pasteurisasi, sterilisasi dan
direbus, contoh makanan yang aman yaitu susu yang telah dipasteurisasi, roti,
tepung, jam, madu, pikel, dan manisan buah. Pencegahan yang lain yaitu
dengan menjaga kebersihan diri (mencuci tangan dengan sabun, khususnya
selama mengolah makanan.) dan kebersihan lingkungan (Anonimous, 1997).
G. PENGOBATAN
Penggantian cairan tubuh dengan peningkatan
glucose-electrolyte solutions melalui oral merupakan cara terpenting pada
terapi pasien yang terinfeksi Campylobacter. Spesies ini telah resisten terhadap
beberapa antibiotik, khususnya florokuinolon dan makrolida, serta bersifat
zoonotik (Bill Marler, 2010).
Organisme patogen ini semakin resisten terhadap
antibiotik, terutama fluoroquinolones dan macrolides, yang merupakan
antimikroba yang paling sering digunakan untuk pengobatan campylobakteriosis
ketika terapi klinis diperlukan. Sebagai patogen zoonosis, Campylobacter telah
reservoir hewan yang luas dan menginfeksi manusia melalui kontaminasi air,
makanan atau susu. Penggunaan antibiotik pada peternakan hewan dan obat
manusia, dapat mempengaruhi perkembangan resisten antibiotik Campylobacter (Daniel,
j wilson, 2001).
Infeksi Campylobacteriosis pada manusia adalah
infeksi saluran pencernaan atau infeksi darah yang disebabkan oleah bakteri
Campylobacter jejuni berdasarkan hasil diagnosis pemeriksaan darah, tinja atau
cairan tubuh lainnya. Sebagian besar sembuh sendiri dalam 5-8 hari tanpa
pengobatan antimikrobia, jika lebih berat akan berlangsung lebih lama. Isolat
Campylobacter jejuni biasanya peka terhadap eritromisin, siprofloksasin, serta
tetrasiklin, dan terapi ini memperpendek lamanya pengeluaran bakteri dalam
tinja,dengan prinsip memberikan antimikroba yang sesuai. Campylobacter jejuni
sensitif terhadap eritromisin dan quinolon. Maka dapat diberikan terapi
antibiotik,yakni eritromisin 500 mg 2 kali sehari secara oral selama 5 hari
cukup efektif serta didukung dengan diberikan penggantian cairan dan
elektrolit, serta dapat juga diberikan Ciproflxacin sebagai
antibiotik kelas floroquinolones yang mampu mencegah infeksi dari bakteri
Campylobacter jejuni dan membunuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar